Dalam dunia militer modern, di mana dominasi udara bukan lagi dimonopoli jet tempur, Drone Iran muncul sebagai kekuatan regional yang tak bisa diabaikan berkat kemajuan teknologi nya.
Drone Iran Makin Berkembang, Di balik sanksi internasional dan isolasi ekonomi. Republik Islam Iran telah mengembangkan armada UAV (Unmanned Aerial Vehicle) yang kini menjadi bagian integral dari strategi militer dan geopolitiknya.
Awal Perkembangan: Dari Replika ke Inovasi Lokal
Perjalanan Iran dalam teknologi drone dimulai pada era Perang Iran-Irak (1980–1988), ketika kebutuhan pengintaian lapangan menjadi krusial. Dengan akses terbatas terhadap peralatan Barat, Iran mulai memproduksi drone sederhana untuk misi pengawasan.
Namun titik balik terjadi pada awal 2000-an, ketika Iran tidak hanya meniru, tetapi mulai mengembangkan drone sendiri. Penangkapan drone AS RQ-170 Sentinel pada 2011 menjadi momen penting—Iran mengklaim berhasil meng-hack dan mendaratkan drone canggih itu secara utuh, kemudian menjadikannya dasar pengembangan UAV kelas tinggi.
Beragam Kelas dan Kemampuan
Iran kini memiliki sejumlah tipe drone dengan berbagai fungsi: dari pengintaian, peperangan elektronik, hingga serangan jarak jauh. Beberapa model terkenal antara lain:
- Shahed-129: Drone tempur jarak jauh yang mampu membawa rudal presisi dan bertahan di udara hingga 24 jam. Disebut-sebut sebagai “Predator”-nya Iran.
- Mohajer Series: Varian ini telah digunakan sejak 1980-an dan terus dikembangkan. Mohajer-6 adalah varian terbaru dengan kemampuan serang dan pengintaian simultan.
- Shahed-136: Drone kamikaze yang menjadi sorotan global setelah digunakan dalam konflik Ukraina oleh Rusia. Berukuran kecil, murah, dan dapat menyerang target dengan presisi tinggi.
- Karrar dan Ababil Series: Drone ini lebih fokus pada fungsi pengintaian dan pelatihan target.
Strategi Militer: Drone sebagai Alat Perang Asimetris
Kekuatan utama Iran tidak terletak pada jumlah jet tempur atau kapal induk, tetapi pada penggunaan taktik asimetris. Drone menjadi alat utama dalam strategi ini. Dengan biaya rendah dan risiko minimal terhadap pilot manusia, Iran mampu mengganggu dan menekan musuh-musuhnya, baik di kawasan Teluk maupun di luar perbatasannya.
Drone juga memungkinkan Iran memperluas pengaruh melalui “proksi udara.” Dalam konflik di Suriah, Irak, hingga Yaman, teknologi drone Iran digunakan oleh kelompok-kelompok seperti Hezbollah, Houthi, dan milisi Syiah lainnya.
Ekspor dan Aliansi
Meski dibatasi sanksi internasional, Iran dilaporkan mengekspor teknologi drone-nya ke beberapa negara dan kelompok. Hubungan teknologi antara Iran dan Rusia menjadi perhatian besar ketika drone Shahed digunakan dalam perang Ukraina, mengisi celah armada udara Rusia yang semakin tertekan.
Di sisi lain, Iran juga memperluas kerja sama dengan negara-negara seperti Venezuela, Suriah, dan bahkan beberapa negara Afrika, yang tertarik pada teknologi murah namun efektif ini.
Kritik dan Ancaman Global
Meski menunjukkan efektivitas militer, penggunaan drone Iran tak lepas dari kritik. Banyak negara menilai Iran melanggar embargo senjata PBB dengan menyuplai drone ke pihak-pihak yang dianggap sebagai aktor non-negara. Selain itu, penggunaan drone kamikaze dalam serangan terhadap infrastruktur sipil (seperti di Ukraina dan Arab Saudi) menimbulkan kekhawatiran akan proliferasi senjata murah yang bisa digunakan untuk terorisme dan sabotase.
Amerika Serikat dan sekutunya pun telah menjatuhkan sanksi tambahan terhadap industri drone Iran dan para pengembangnya.
Kesimpulan: Senjata Masa Depan dari Negara yang Terisolasi
Iran, negara yang kerap dipinggirkan dari tatanan global, justru menunjukkan bahwa inovasi militer tidak harus datang dari negara-negara besar. Drone menjadi simbol kebangkitan militer mereka—senjata senyap yang kini mengisi langit konflik dunia.
Sebagaimana dikatakan oleh Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran:
“Selama udara bisa dijelajahi tanpa terlihat, maka kekuatan kita akan datang tanpa diduga.”
Leave a Reply